Pengembangan klaster di Indonesia merupakan suatu alternatif dalam pengembangan industri, mengingat potensi sumberdaya alam melimpah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Kekayaan tersebut harus dikelola seoptimal mungkin dengan meningkatkan industri pengolahan yang memberikan nilai tambah dan mengurangi ekspor bahan mentah. Di sisi lain, jumlah penduduk yang besar dan kualitas yang terus membaik dengan daya beli yang terus meningkat merupakan pasar potensial dan potensi dayasaing yang luarbiasa.
Hal tersebut disampaikan Deputi Menristek Bidang Pendayagunaan Iptek, Idwan Suhardi yang mewakili Menegristek pada Dialog Klaster-Perguruan Tinggi dengan Gubernur Jateng dan Menegristek, di Ungaran, Jawa Tengah pada hari Kamis, 14 Juni 2012. Dialog ini diadakan oleh Balitbangda Jawa Tengah untuk memberikan motivasi kepada pelaku klaster, juga untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan, serta mendapatkan masukan untuk pengembangan klaster di masa yang akan datang.
Pengembangan klaster ini memang menjadi salah satu fokus dari implementasi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Jawa Tengah, selain pengembangan kabutapaten/kota inovatif dan desa inovatif. Alasan pengembangan klaster tersebut dikarenakan klaster memiliki daya ungkit tinggi bagi pembangunan daerah dan mampu membantu UMKM dalam mencapai skala ekonomi. Pengembangan Klaster di Jawa Tengah juga mampu menciptakan lingkungan yang kreatif untuk mendorong tumbuhnya inovasi dan kerjasama serta mendorong sinergitas stakeholder dalam pendampingan klaster.
Di Provinsi Jawa Tengah sendiri terdapat 35 klaster berbasis produk unggulan daerah yang tersebar di masing-masing kabupaten dan kota, di antaranya, klaster Biofarmaka kabupaten Karanganyar, Gula Kelapa kabupaten Banyumas, Makanan Ringan kabupaten Magelang, Knalpot kabupaten Purbalingga, Ikan kota Pekalongan, Logam Tumang kabupaten Boyolali, Sapi Brangus kabupaten Sragen dan lain-lain. Untuk mengembangkan klaster-SIDa tersebut, Balitbangda Jawa Tengah bekerjasama dengan berbagai pihak, misalnya partisipasi pada Program Speklok dan Intermediary dari Kementerian Ristek, Program Inkubator dari BPPT dan link and match klaster dengan perguruan tinggi.
“Saya berharap Pengembangan klaster-SIDa di Jawa Tengah ini dapat dicontoh daerah lain”, ujar Idwan
Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo yang juga hadir pada dialog tersebut mengungkapkan bahwa potensi daerah Jawa Tengah sangat besar, mulai dari sumber daya alam di sektor pertanian, peternakan dan perikanan hingga jumlah penduduk yang mencapai 33 juta orang merupakan pasar yang sangat besar. Gubernur menekankan inovasi dan teknologi diperlukan untuk memberi sentuhan kepada produk-produk unggulan daerah, agar biayanya menjadi lebih rendah dan kualitasnya tinggi sehingga mampu memiliki daya saing dengan produk-produk impor. “yang perlu kita jaga sekarang adalah 3 K, yaitu Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas produk”, Ujar Bibit.
Terkait penguatan SIDa, Idwan Suhardi menyampaikan bahwa Pemerintah Pusat telah melakukan terobosan melalui penandatanganan Peraturan Bersama antara Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah yang ditandatangani pada Tanggal 25 April 2012. Hal tersebut dipertegas pula oleh Kepala Balitbangda Jateng, Agus Suryono bahwa Peraturan Bersama tersebut mempertegas hubungan fungsional langsung antara Balitbangda dengan Kementerian Ristek, sedangkan hubungan organisasi dan kelembagaan Balitbangda dengan Kementerian Dalam Negeri.“Bisa dikatakan, Balitbangda adalah perwakilan Kementerian Ristek di tingkat provinsi”, Ujar Agus Suryono.
Dialog ini dihadiri sekitar 300 peserta dari kalangan pelaku klaster, akademisi perguruan tinggi hingga praktisi perbankan dan kalangan pengusaha. Selain itu, beberapa bupati dan walikota di Provinsi Jawa Tengah juga turut menghadiri acara ini. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pameran produk unggulan dari masing-masing klaster. (munawir)
0 Komentar