Pembangunan ekonomi bangsa tidak cukup hanya dengan mengandalkan kekayaan sumber daya alam. Pembangunan ekonomi berbasis inovasi yang diterapkan negara maju terbukti mampu meningkatkan perekonomian meskipun tidak ditunjang dengan sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi Indonesia untuk merubah orientasi pembangunan yang selama ini berdasarkan keunggulan komparatif tersebut menjadi pembangunan berbasis keunggulan kompetitif.
Hal tersebut disampaikan Menegristek Suharna Surapranata ketika memberikan pengarahan di Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN. Kegiatan tersebut mengawali rangkaian kunjungan kerja Menristek ke Bandung dalam rangka Safari Ramadhan KIB II pada hari Jumat 27 Agustus 2010.
Menristek melanjutkan, proses transformasi pembangunan tersebut bukan hal yang mudah dan membutuhkan agen perubah (agent of change) yang memiliki kredibilitas untuk merealisasikannya. Kredibilitas agent of change tersebut harus dibangun atas dasar integritas dan ditunjukkan dengan sikap konsisten terhadap moralitas, humanitas dan nasionalitas. “Mudah-mudahan dengan momen bulan Suci Ramadhan ini, kita mampu meningkatkan integritas kita sebagai agent of change”, Ujar Menristek.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Balai Teknologi Informasi LIPI Bandung, Menristek kembali menegaskan bahwa pembangunan ekonomi bangsa berbasis iptek dan inovasi barulah akan dianggap berhasil bila hasil-hasil riset yang ada sudah mampu menjawab kebutuhan dan permasalahan yang ada di masyarakat. Strategi yang dijalankan Kementerian Riset dan Teknologi untuk meniadakan kesenjangan antara supply-push dan demand-driven adalah dengan membangun sinergi fungsional antar sektoral sehingga tumpang tindih riset dapat dieliminasi dan hasil riset yang ada relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Menegristek mengungkapkan, mengatasi tumpang tindih riset di antara lembaga penelitian adalah bagian dari kontrak kinerjanya dengan Presiden. Oleh karena itu, Menristek akan merealisasikan penyusunan regulasi yang jelas tentang ruang lingkup dan batasan riset yang dilakukan oleh masing-masing lembaga, mulai dari riset dasar hingga difusi hasil riset. Di sisi lain, lembaga penelitian harus senantiasa melakukan komunikasi dan transparansi satu sama lain agar hasil riset bersinergi dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.
Menristek menutup rangkaian kunjungan kerjanya dengan memberikan pengarahan di Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN Bandung. Pada kesempatan tersebut, Menristek menekankan pentingnya menjalin kemitraan yang strategis dengan pihak industri. Selain mensinergikan hasil penelitian dengan kebutuhan industri, lembaga penelitian harus mampu melakukan komunikasi yang efektif sehingga pihak industri dapat memberikan kontribusi yang besar khususnya menyediakan alternatif pendanaan kegiatan riset. "Apabila kita tidak mampu membangun komunikasi yang baik dengan industri, maka kita akan ditinggalkan oleh sektor industri", Ujar Menristek.
Di akhir kegiatan, Menristek mendengarkan presentasi terkait Pengembangan Sistem Informasi berbasis Satelit dan Terestial untuk Peringatan Dini Bencana di Jawa Barat dan Pengembangan Sistem Energi Listrik HIBRID berbasis sistem inovasi Daerah di Bantul yang merupakan program bersama Kementerian Riset dan Teknlogi bersama LAPAN. (munawir)
0 Komentar